Nama : Ita Masithoh Wikhdah
Nim : 4301411112
Rombel: 65
|
|
Guru adalah salah satu
jendela melihat dunia bagi anak didiknya, selain kedua orang tuanya, televise,
internet, koran, buku, dan lain-lain. Guru masih memegang peranan sentral dalam
membukakan pikiran siswa untuk melihat dunia yang berkembang dengan cepat dan
dinamis. Guru tidak hanya membuka jendela dunia tapi sekaligus menyeleksi,
memfilter, dan memberikan informasi terbaik kepada murid-muridnya. Peran ini
berbeda dengan sumber informasi lainnya, seperti televise, radio, dan internet
yang bebas nilai, seperti pasar bebas nilai, seperti pasar bebas yang
menyerahkan segala programnya kepada konsumen, tanpa memberikan bimibingan,
arahan, dan filter yang baik.
Televise
telah berubah menjadi media entertainment murni, bukan sebagai media edukatif
yang bermanfaat bagi pengembangan pendidikan. Sebagian besar acara televise
berisi film dan sinetron yang memuat cerita tentang kejahatan, horror, dan
pembunuhan, perkelahian, penipuan, perampokan, dan lain-lain. Biasanya,
anak-anak menonton acara-acara seperti itu dengan sangat senang. Namun,
cerita-cerita seperti itu akan mendatangkan bahaya bagi anak-anak melalui
banyak cara.
Pikiran anak yang masih
lembut dan mudah terpengaruh sangat rentan terhadap pengaruh luar. Menonton
tayangan seperti dapat membangun kegelisahan, rasa takut, dan horror di
benaknya. Parahnya lagi , film-film tersebut akan memotivasinya ntuk melakukan
tindak kejahatan dan oerbuatan dosa. Terkadang , anak-anak menjadi sangat
terpengaruh oelh tingkah laku berlebihan daring sang jagoan dalam sebuah film.
Mereka kemudaian mencoba menirunya dalam kehidupan nyata sehingga menimbulkan
masalah. UNESCO telah menulis dalam sebuah
laporan bahwa 27% remaja yang dihukum karena tindak kejahatan, telah terdorong
melakukan aksinya setelah menonton aksi serupa di dalam film. Di amerika
serikat, diantara kejahatan anak-anak yang telahdi hokum oleh pengadilan, 10%
anak laki-laki dan 25% ank-permepuan mengaku bahwa mereka tertarik melakukan
tindak kejahatan itu karena film yang telah mereka saksikan.
Menurut sebuah survey lain,
49% penjahat yang tertangkap membawa senjata api illegal , 28% melakukan aksi
pencurian dan 21% melarikan dari jerat hokum, telah memperoleh inspirasi dari
apa yang mereka saksikan difilm. Dilaporkan pula bahwa 25% perempuan yang
menjadi pekerja seks komersial memperoleh inspirasi dari film-film. Sebanyak
54% dari kaum perempuan yang pergi ke tempat-tempat yang menghancurkan nama
baik (lokalisasi) melakukan itu karena ingin meniru artis terkenal.
Sementara itu, Profesor
Almsman dari Universitas Los Angeles
berkata, “Radiasi yang terpancar dari layar televise sangat berbahaya bagi
organ tubuh manusia. Sinar yang terpancar keluar darinya dan dari alat-alat
elektronik rumah tangga termasuk jenis gelombang pendek. Bila tak terlindungi
dari pancaran yang relative lebih lama, efek negative pertama yang
ditimbulkannya adalah sakit kepala. Kemampuan berfikir seseorang pun akan tertekan, tekanan darah menjadi tidak
normal, dan sel darah putih dalam darah akan mengalami kerusakan.
Gelombang-gelombang ini akan membawa perngaruh yang kuat bagi saraf dan
mengakibatkan sejumlah keluhan rasa sakit.”
Inilah bahaya televise yang
tidak disadari oleh anak-anak dan orang tua, dan menjadi tugas guru untuk
melakukan penyandaran yang efektif kepada orang tua dan anak-anak didiknya
dengan pendekatan persuasive. Televise adalah salah satu potret realitas dunia
global yang penuh dengan ambigu. Disatu sisi, televise bermanfaat bagi mereka
yang bisa mengambil hikmahnya. Namun disisi lain, televise menimbulkan dampak
negative yang dahsyat dan luar biasa.
Menurut Abu Ahmad Zainal
Abidin bin Syamsuddin (2008), saat ini yang sangat berpengaruh terhadap
pendidikan, tingkah laku, dan kepribadian anak adalah media elektronik dan
cetak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua media ini,
maka tidak jarang anak-anak akan tumbuh sebagaimana yang ia peroleh dari kedua
media ini.
Dunia telah terbuka lebar dan sudah berada dihadapan
kita, bahkan di depan mata kita melalui beragam channel TV. Sarana-sarana
informasi, baik melalui beragam radio dan televise, memiliki pengaruh yang
sangat berbahaya dalam merusak pendidikan anak.
Ada seorang dokter yang kini
aktif di salah satu yayasan. Di salah satu stasiun televise, dia bercerita
bahwa dirinya mulai mencoba merokok sejak kelas 4SD, kemudian minum minuman
keras, dan mengisap ganja. Kegiatan “terlarang” itu terus berlangsung hingga
saat kuliah di kedokteran dengan kadar semakin besar. Yang menarik, ternyata
yang menjadi motivasi sang dokter ini melakukan kegiatan itu adalah karena ia
ingin meniru gaya yang ditampilkan di dalam film koboi, bahwa seorang tokoh
koboi kelihatan gagah berani dengan menenggak minuman keras. Sang dokter juga
mengatakan, selama melakukan hal itu tidak ada yang member pengajaran atau pun
mengingatkannya. Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dan waspada
terhadap bahaya telivisi.
Dari sisi lain, radio dan
televise juga dapat berfungsi sebagai sumber berita, sarana penebar wacana
baru, menimba ilmu pengetahuan, dan menanamkan pola piker pada anak.
Internet sudah meluas hingga kemanca Negara, tidak
hanya orang dewasa saja yang dapat mengakses aplikasi internet di zaman yang
sudah modern, anak SD pun dapat mengakses internet dengan mudahnya. Semakin
lama mereka pun akan semakin berkembang mengikuti perkembangan yang sedang
‘trend’ dan mereka dapat mengetahui
jejaring apa saja yang telah tersedia.
Dampak negative dari internet, yaitu: mereka lebih
sering meninggalkan waktu belajarnya, dan tidak memanfaatkan waktu belajarnya
dengan baik. Sehingga dapat mengurangi nilai-nilai prestasi mereka, dan
menjauhkan mereka dari orang-orang yang ada disekitarnya. Karena mereka lebih
cenderung berinteraksi dengan jejaring sosial ataupun teman-teman dunia
mayanya, dan dengan mudahnya kejahatan terjadi.
Memahami globalisasi adalah salah satu tugas utama guru untuk
membentengi anak didiknya dari dampak negative budaya global. Lantas, apa sih
globalisasi itu?
Lily Zakiyah Machfudz (2002) menjelaskan pengertian
globalisasi secara lebih tajam. Menurutnya, globalissasi adalah nama dari
revolusi dunia yang hamper menyentuh seluruh sendi kehidupan manusia, bahkan
sampai relung hati yang paling dalam. Dari sisi ekonomi, globalisasi ditandai
dengan adanya kapitalisme pasar bebas. “Makhluk” inilah yang menjadi tulang
punggung globalisasi. Prinsipnya, semakin kita membuka kekuatan pasar berkuasa
dan semakin kita membuka perekomonian bagi perdagangan bebas dan kompetisi,
perekomonian kita akan semakin efisien dan berkembang pesat. Dalam hal
kebudayaan, globalisasi juga memiliki cirri tersendir: amerikanissasi. Mulai
dari McDonald’s, Coca Cola, Kentucky, sampai Jeans, dan T-shirt, serta media
massa seperti CNN, majalah Forbes, dan sebagainya.
Dibidang teknologi, globalisasi ditandai dengan
komputerisasi, miniaturisasi,digitalisasi, komunikasi satelit, serat optic, dan
internet. Mimiaturisasi terjadi diberbagai macam perangkat teknologi canggih,
antara lain telepon genggam. Dalam hal ini ukuran , globalisasi sangat berbeda
dari standar masalalu. Dulu, kecanggihan diukur dengan berat, misalnya beratnya
peluru kendali. Kini, kecanggihan diukur dengan kecepatan perdagangan,
perjalanan, komunikasi, dan inovasi. Kita telah membuktikan bahwa melalui
kecepatan komunikasi internet, seolah-olah dunia sudah menyatu. Apa yang
terjadi di Jakarta sekarang, disaat yang sama dapat diketahui di seluruh
Indonesia.
Dalam hal demografi, globalisasi berarti perpindahan
dengan frokuensi yang amat tinggi, melintasi batas territorial Negara. Namun,
sisi positif-konstruktif globalisasi tersebut ternyata menyimpan paradox yang
berbahaya bagi kemanusiaan, menyisakan krisis keadaban dan moralitas.
Dehumanisasi dan materialisasi yang menyebabkan manusia lupa akan kodratnya
sebagai makhluk religious dan spiritual menyebabkan dunia ini penuh dengan
kebengisan, kekejaman, kezhaliman, dan keangkaramurkaan. Demi harta, jabatan,
kekuasaan, popularitas, dan ambisi duniawi lainnya manusia tega memakan
manusisa, memangsa saudara sendiri demi memuaskan nafsu. Di tengah pergumulan
dan pergulatan dunia inilah terjadi ketidakseimbangan antara yang satu dengan
yang lainnya.
Selain itu , globalisasi juga menyebabkan lahirnya
integrasi. Dunia menjadi tempat untuk menjalin hubungan. Apakah sebuah Negara,
perusahaan, atau individu, mereka akan semakin tergantung pada siapa mereka menjalin
koneksi. Globalisasi juga digambarkan dengan satu kata: jaringan (web). Semakin
luas jaringan kita, semakin efisien pula kehidupan kita.
Selain memiliki manfaat yang cukup signifikan ,
globalisasi juga memiliki paradox-paradox yang juga tidak ringan. Paling tidak
ada tiga paradox globalisasi.
Pertama, the good and the bad ( yang buruk dan yang
baik) eksis bersama dalam globalisasi. Proses globalisasi tidak menuruti aturan
logika dan tidak membuahkna hasil yang sama. Globalisasi memiliki dua sisi mata
uang, dampak positif dan negative. Ini semua mengingatkan kita bahwa
bagaimanapun juga yang menentukan adalah manusianya, dan banyak dari mereka
yang masih memiliki dorongan sifat keadilan, kebebasan, dan saling menghargai.
Kedua, koeksistensi antara integrasi dengan
fragmentasi. Globalisasi telah menghasilkan manusia uang menang dan yang kalah
, yang memperoleh manfaat dan yang dirugikan. Ekonomi pasar global, misalnya,
telah menyatukan Eropa ke dalam EU tetapi juga telah menimbulkan gap pendapatan
dan kemakmuran diantara negeri itu. Di cina keterbukaan terhadap modal asing
telah menciptakan jarak pendapatan dan kesejahteraan di antara penduduk
pedalaman dan pantai,sesuatu yang tidak mungkin terjadi dibawah bendera
sosialisme dan komunisme. Begitu pula dengan Indonesia. Kapitalisme global
telah menciptakan konglomerat-konglomerat yang kaya raya dan menciptakan jurang
perbedaan dengan rakyat lainnya.
Ketiga, sebesar apa pun kekuasaan pemain global yang
tangguh (seperti perusahaan trans nasional, bank, lembaga keuangan, bahkan
Negara adidaya) tidak akan dapat sepenuhnya mengontrol diri sendri. Proses
globalisasi terlalu kompleks untuk dikuasi oleh seorang pemain mana pun.
Dalam diskusi tentang globalisasi ini, ada baiknya
kita mencermati pandangan Mahatma Gandhi tentang tujuh penyakit global, yang
membuat bumi kita menjadi sakit. Tujuh penyakit itu adalah politik tanpa
prinsip , kaya tanpa kerja, pendidikan tanpa karakter, perdagangan tanpa
moralitas, kenikmatan tanpa hati nurani, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan,
dan agama tanpa pengorbanan.
Dalam era globalisasi di atas, kompetisi berjalan
secara ketat. Barang siapa tidak siap,maka kan tersisih dengan sendirinya.
Persaingan tersebut berkisar tiga kekuatan yang sangat tidak imbang.
Menurut Kir Haryana (2008), era globalisasi menuntut
kemampuan daya saing yang kuat dalam teknologi, manajemen, dan sumber daya
manusia. Keunggulan teknologi akan menurunkan biaya produksi, meningkatkan
kandungan nilain tambah, memperluas keragaman produk, dan meningkatkan mutu
produk. Keunggulan manajemen dapat mempengaruhi dan menentukan bagus tidaknya
kinerja sekolah, dan keunggulan sember daya manusia yang memiliki daya saing
tinggi pada tingkat Internasiona, akan menjadi tawar tersendiri dalam era globalisasi
ini.
B.
Memberikan
penialaian objektif
Setelah
memahami globalisasi apa adanya, seorang guru harus memberikan penilaian
objektif mengenai baik buruknya globalisasi, konstruktif, dan destruktifnya,
serta kita-kiat mengambil manfaatnya secara maksimal dan menjauhi kerusakannya
seminimal mungkin.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu hal positif yang bisa ditiru
dari Barat. Dengan menunjukkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan Negara
modern, siswa didorong untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan negeri
ini.
Jadi,
dengan mengetengahkan fakta itu, diharapkan semangat belajar murid semakin
menyala-nyala dan membara untuk menjadi ilmuwan dunia yang berambisi memajukan
untuk menjadi ilmuwan dunia yang berambisi memajukan negeri ini mencapai
tingkat kejayaan dan keemasannya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain
dampak poritf diatas, guru juga harus menerangkan dampak negatifnya, seperti
paham liberalism yang mengedepankan dan menuhankan kebebasan dan hak asasi
manusia tanpa batas, baik itu batas agama, etika social, maupun adat istiadat.
Liberalisme Barat inilah yang menyebabkan dekadensi dan degradasi moral Barat
yang akut selama ini. Angka penyakit HIV-AIDS yang selalu mengancam kehidupan
orang-orang di Barat muncul dari kebebasan seksual sebagai manivestasi
daripaham liberalism yang kelewat batas. Bahkan, dibeberapa Negara,
homoseksualisme dilegalkan. Sungguh sebuah fakta yang berlawanan dengan akal
sehat, norma social, adat ketimuran, dan agama. Namun, paham ini terus mengalir
cepat ke Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dengan instrument
industrialisasi, kebudayaan ,dan politik global.
Dari
penjelasan dampak negative ini, murid disarankan agar mendalami dan mengamalkan
agama, menghormati etika social, dan hokum Negara yang mengedepankan moralitas
luhur. Selain itu, siswa harus senantiasa dianjurkan untuk berhati-hati
terhadap godaan, rangsangan, dan rekayasa pihak-pihak yang ingin menghancurkan
moralitas dan intelektualitas kader-kader bangsa dari berbagai sisi kehidupan.
Iming-iming uang miliaran bahkan triliuran kerap menjerumuskan anak bangsa
terjerumus dalam perdagangan wanita, narkoba, minuman keras, dan lain-lain yang
merusak perkembangan kader-kader muda bangsa ini.
Sekali
lagi, guru harus memberikan keterangan komprehensif nengenai dampak positif dan
negative dari globalisasi, lalu mengarahkan dan membimbing mereka untuk
memperkuat pertahanan moral dan mental untuk mengantisipasi hal-hal negative
yang datang setiap saat.
C.
Menerapkan
Prinsip Progresif dan Selektif
Langkah selanjutnya yang
harus diberikan guru kepada murid-muridnya adalah memberikan prinsip progresif
dan selektif. Porgresif berarti strategi menghadapi globalisasi ini tidak hanya
defensive ( mempertahankan diri dari serangan luar), tapi juga progresif (maju
ke depan melakukan kemajuan-kemajuan secara cepat dan bertahap). Artinya, anak
didik didorong untuk menjadi seorang pemain dan subjek dari globalisasi yang
selalu dipermainkan, dihancurkan, dan direkayasa masa depannya.
Bangsa
ini harus sejajar dengan bangsa-bangsa maju dalam aspek ekonomi, teknologi,
informasi, militer, budaya, pendidikan, social, dan politik agar bisa mandiri,
menentukan keputusan sendiri, dan mampu berperan lebih besar dalam konstelasi
politik global secara dinamis. Memaksimalkan potensi dalam negeri dalam bidang
pertanian, perkebunan, kelautan, dan kehutanan menjadi langkah strategis untuk
membawea kemandirian bangsa ini menuju era kejayaannya.
Selain
itu, strategi ke depan harus mengedepankan prinsip selektif, pandai memilih
mana yang baik dan buruk, mana yang menjadi prioritas, mana yang bernilai
strategis, dan mana yang bernilai jangka panjang. Prinsip progresif dan
selektif akan membawa bangsa ini meraih prestasi yang diidamkan.
Guru harus berperan besar
menjadi pembangkit semangat anak didik untuk menerapkan prinsip progresif dan
selektif ini dalam mengejar masa depannya. Namun, jangan sampai melupakan
prinsip defensive . dalam arti mempunyai pertahanan yang kuat ketika diserang
dengan godaan-godaan yang memikat dan melenakan.
Guru sebagai pembuka jendela
dunia murid-muridnya berkewajiban memberikan gambaran mengenai baik buruknya
globalisasi sebagai pelecut semangat anak didik dalam menggali dan
mengembangkan potensinya secara maksimal untuk mengejar cita-cita bbersarnya
tampil sebagai pemain utama globalisasi. Daengan inilah, guru mampu menjadi
agen of sosiochange, agen perubahan social yang mampu , melahirkan kader-kader
bangsa andal yang mampu meneruskan estafet kepemimpinan bangsa dimasa yang akan
datang. Apalagi di era globalisasi sekarang ini, muncul istilah sekolah
bertaraf Internasional. Tanggung jawab guru semakin besar untuk memberikan beka
pada muridnya agar tidak ketinggalan dari sekolah berkualitas internasional
sehingga perlu di adopsi oleh guru dan manajemen sekolah.
Menurut Kir Haryana (2008) ,
proses pembelajaran, penilaian dan penyelenggarakan sekolah internasional harus
bercirikan internasional, yaitu:
1)
Pro-perubahan,
yaitu proses pembelajaran yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi,
inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru
(ajoy of discovery).
2)
Menerapkan
model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan,seperti student
centered, reflective learning, active learning, enjoyable, dan joyful learning,
cooperative learning, quantum learning, learning revolution, dan contextual
learning.
3)
Menerapkan
proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran.
4)
Proses
pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains,
matematika, dan teknologi.
5)
Proses
penilaian dengan menggunakan model-model penilaian sekolah unggul dari Negara
anggota OECD dan/atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu
dalam bidang pendidikan.
6)
Dalam
penyelenggarakannya harus bercirikan standar menajemen internasional, yaitu
mengimplementasikan dan meraih ISO 9001 versi 2000 atau sesudahnya dan ISO
1400, dan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf Internasional
luar negeri.
Gambaran sekolah bertaraf Internasional ini bisa
digunakan guru untuk membangkitkan gairah belajar anak murid agar mengeluarkan
kemampuan terbaik untuk menjadi pemain kelas dunia. Karena, kompetisi di era
globalisasi semakin ketat dan hebat, di mana penguasaan dan inovasi ilmu pengetahuan
dan teknologi menjadi ciri khasnya.